Selama bertahun-tahun, televisi memberi kita karakter-karakter ikonik – Carrie Bradshaw, Don Draper, Walter White – tokoh-tokoh yang meresap ke dalam kesadaran budaya kita. Hari ini, ada sesuatu yang terasa…tidak beres. Pertunjukan tersebut berjuang untuk menciptakan protagonis yang bertahan lama di pikiran setelah kredit bergulir. Apakah ini hanya kemerosotan sementara, atau pertanda adanya perubahan besar dalam cara kita mengonsumsi cerita?
Era Televisi “Pertengahan”.
Booming streaming telah membanjiri pasar dengan konten, namun kualitasnya belum bisa mengimbanginya. Banyak pertunjukan yang benar-benar memadai, namun hanya sedikit yang meninggalkan kesan mendalam. Ini bukan hanya soal kuantitas; ini tentang perubahan mendasar dalam cara TV dibuat dan ditonton.
Maraknya tayangan kasual telah mengikis investasi dalam pengembangan karakter. Penulis semakin ditekan untuk menyampaikan momen-momen viral dibandingkan penyampaian cerita yang bernuansa. Jaringan-jaringan tersebut secara terbuka mengakui bahwa mereka memprioritaskan keterlibatan “layar kedua” – yang berarti konten dirancang untuk dipotong, dibagikan, dan dilupakan.
Pergeseran ke Viralitas yang Mendalam
Industri ini beralih dari menciptakan karakter yang melekat dalam pikiran lama setelah kredit bergulir. Penulis semakin ditekan untuk menyampaikan momen-momen viral dibandingkan penyampaian cerita yang bernuansa. Jaringan-jaringan tersebut secara terbuka mengakui bahwa mereka memprioritaskan keterlibatan “layar kedua” – yang berarti konten dirancang untuk dipotong, dibagikan, dan dilupakan.
Salah satu contoh terbaru, serial Hulu All’s Fair yang dibintangi Kim Kardashian, melambangkan tren ini. Pertunjukan ini hadir terutama untuk memamerkan pakaian desainer dan menyampaikan dialog yang bernilai kejutan, dirancang untuk tangkapan layar TikTok, bukan resonansi emosional.
Penekanan pada viralitas ini telah menghambat perkembangan karakter, lebih memilih kepuasan instan daripada keterlibatan jangka panjang. Bahkan acara dengan niat baik pun mengalami musim yang lebih pendek dan jadwal yang tidak konsisten, sehingga sulit untuk membangun hubungan emosional yang berkelanjutan.
Bangkitnya Orang Nyata
Sementara karakter fiksi memudar, orang-orang nyata mendominasi percakapan budaya. Bintang reality TV, influencer, dan bahkan tokoh yang penuh skandal menarik perhatian dengan cara yang jarang dilakukan oleh karakter dalam naskah.
Acara seperti The Real Housewives dan The Kardashians berkembang pesat karena bintang mereka terus-menerus menyampaikan konten, baik di dalam maupun di luar layar. Hubungan parasosial mereka dengan pemirsa ditopang oleh liputan tabloid selama bertahun-tahun dan keterlibatan terus-menerus di media sosial.
Tren ini meluas ke televisi bernaskah. Jaringan-jaringan tersebut semakin banyak merekrut influencer dan tokoh online, dengan harapan dapat memanfaatkan basis penggemar mereka yang sudah ada. Namun pertunjukan-pertunjukan ini sering kali kurang memiliki kedalaman dan orisinalitas dibandingkan drama tradisional yang berorientasi pada karakter.
Genggaman Internet terhadap Perhatian
Persaingan antara TV dan media sosial telah menciptakan ekonomi perhatian yang terpecah. Mengapa berinvestasi dalam karakter fiksi ketika Anda dapat mengikuti kehidupan tanpa filter orang nyata di Instagram?
Influencer dan podcaster menawarkan konten yang konstan dan intim, menumbuhkan rasa keterhubungan yang sulit ditandingi oleh karakter dalam naskah. Keasliannya, betapapun dibuatnya, terasa lebih menarik daripada alur cerita yang dibuat dengan cermat.
Pergeseran ini bukan hanya soal hiburan; ini tentang kontrol. Orang sungguhan dapat membentuk narasinya, sedangkan karakter fiksi terikat oleh keputusan penulis. Dalam agensi nafsu keinginan dunia, keaslianlah yang menang.
Bisakah TV Mendapatkan Kembali Karakternya?
Masa depan karakter TV tidak pasti. Industri ini harus memprioritaskan kedalaman dibandingkan viralitas, konsistensi dibandingkan tontonan, dan keaslian dibandingkan drama yang diproduksi.
Sampai saat itu tiba, Carrie Bradshaw atau Don Draper berikutnya masih sulit dipahami. Masa keemasan karakter TV mungkin telah berakhir, digantikan oleh era tren yang cepat berlalu dan cerita yang dapat dibuang.
Karakter paling ikonik mungkin tidak lagi berasal dari televisi. Mereka akan menjadi bintang viral, selebritas yang penuh skandal, dan orang-orang nyata yang mendominasi rentang perhatian kita. Dan mungkin itu adalah kebenaran yang paling sering dilupakan
















































